Di tengah masa pandemi kali ini, kami mendapatkan kejutan baru. Jika anda menyimak tulisan-tulisan saya sebelumnya di blog ini, maka akan menemukan bahwa kami sekeluarga pernah tinggal untuk beberapa lama di negeri tetangga, yaitu Singapura. Nah kali ini, saya akan berbagi pengalaman dan cerita ketika kami harus hijrah ke negara lain lagi.
Kisah ini bermula pada pertengahan akhir tahun lalu, ketika saya masih menempuh pendidikan di President University untuk melanjutkan studi S1 saya. Di tempat saya bekerja, rotasi sudah merupakan hal yang lumrah dan menjadi sebuah keniscayaan. Pada umumnya, rotasi akan berlangsung setiap 3-4 tahun sekali. Jadi setelah bertugas di kantor pusat selama 3-4 tahun, maka biasanya kami akan ditugaskan ke kantor-kantor perwakilan yang tersebar di seluruh dunia. Pun demikian, rata-rata kami akan bertugas di perwakilan selama 3 tahun.
Saya sendiri pulang dari Singapura pada akhir bulan Juli 2016, yang berarti sebenarnya saya sudah eligible untuk diusulkan penugasan ke luar kembali. Namun mengingat studi saya yang masih setengah jalan, dan judul skripsi yang sempat ditolak oleh dosen pembimbing, rasa-rasanya saya harus realistis bahwa saya tidak akan mungkin untuk ikut periode bulan Juli 2019.
Fokus Kuliah
Hal tersebut kemudian saya sampaikan ke atasan, dan alhamdulillah beliau sangat memahami kondisi saya. Sehingga saya tidak akan diikutkan ke dalam periode Juli 2019. Meskipun sebenarnya saya juga tidak yakin kalau memang nama saya juga akan diikutkan pada periode tersebut (GR mode ON). Namun daripada tiba-tiba nama saya muncul dan harus berangkat sementara kuliah belum selesai, mungkin ke-GR-an saya tersebut boleh jadi berakibat lebih baik sehingga pihak pimpinan dapat mengantisipasi lebih dini.
Waktu terus berlalu hingga akhirnya tiba di penghujung tahun. Sore itu, telepon genggam saya berdering. Suara di seberang sana meminta konfirmasi dan perkiraan mengenai status perkuliahan saya. Apakah dapat selesai di bulan Januari atau tidak? Mengapa? Karena rencananya saya akan diusulkan untuk diikutkan pada periode bulan Januari 2020. Lalu dengan mantab saya sampaikan bahwa sebaiknya saya di-skip dulu saja. Pada saat itu saya sendiri tengah berjibaku untuk urusan skripsi. Memang jadwal sidang dari kampus jatuh di bulan Januari, namun saya rasa akan sangat berisiko jika saya paksakan untuk harus berangkat juga di bulan yang sama. Sebagaimana kita ketahui, banyak sekali hal-hal yang tidak dapat kita prediksi ketika berkaitan dengan skripsi.
Awal tahun 2020 saya konsentrasi untuk segera menyelesaikan skripsi saya sampai dengan saat persidangan tiba. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan persidangan pun dapat dilalui tanpa kendala yang berarti. Setelah selesai sidang dan menyelesaikan revisi, kemudian dilanjutkan dengan urusan administrasi dengan pihak kampus, seperti masalah perpustakaan, wisuda, laporan PKL, dan lain sebagainya.
Desas-desus
Pada bulan Maret, mulailah itu yang dinamakan desas-desus dan gosip mengenai negara tujuan penempatan yang sedianya akan dilaksanakan untuk periode bulan Juli. Tidak seperti pada proses penempatan sebelumnya, di mana saya dipanggil khusus dan diberitahukan ‘kandidat’ negara tujuan, untuk kali ini saya benar-benar blank. Bahkan saya pribadi pun tidak memiliki preferensi tertentu. Karena bagi saya, proses penempatan ini merupakan suratan yang telah digariskan oleh-Nya. Artinya saya akan menerima apapun keputusannya dan yakin bahwa itu merupakan putusan terbaik yang telah dipilihkan Tuhan untuk saya.
Sampai pada suatu hari secara tidak sengaja, hanya saya dan atasan yang sedang berada di dalam satu ruangan. Tiba-tiba beliau membuka pembicaraan bahwa proses pengusulan dari Unit Kerja saya sudah dimulai. Usulan dari masing-masing bidang telah diajukan dan telah dibahas dalam sebuah rapat terbatas. Sampai akhirnya, beliau menyampaikan bahwa nama saya juga sudah masuk di dalam usulan berikut negara tujuannya. Beliau mengatakan bahwa saya diusulkan untuk ditugaskan ke Athena, Yunani. Yup, negeri dewa-dewi 😎 . Saya sendiri tidak pernah mendapat firasat apa-apa dan cukup surprised dengan usulan tersebut. Namun, walau bagaimanapun, sifatnya masih berupa usulan dan dapat berubah ketika dibawa ke dalam rapat yang lebih tinggi yang melibatkan seluruh Satuan Kerja, yaitu Rapat TP Baperjakat.
Tapi berdasarkan informasi tersebut, paling tidak saya sudah bisa mempersiapkan hal-hal yang harus dilakukan sejak dini, antara lain; perpindahan sekolah anak-anak, rumah yang harus kami tinggalkan, dan hal-hal lainnya.
Akhirnya datang juga
Pada akhir bulan Maret, akhirnya tiba juga hari yang dinanti-nanti. Kami yang akan berangkat untuk periode Juli dipanggil secara resmi. Setelah dibriefing sebentar oleh pimpinan, kami dipanggil satu persatu untuk menerima selembar kertas berwarna merah (merah jambu lebih tepatnya ). Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, terdapat beberapa pergeseran yang sangat tidak terduga dari desas-desus yang telah beredar sebelumnya. Namun, saya sendiri tidak mengalami perubahan. Saya tetap sesuai dengan usulan semula yaitu Athena, Yunani.
Dengan telah dibagikannya kertas tersebut, berarti telah resmi pula perintah penugasan yang kami terima. Tahap berikutnya adalah segera mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan dokumen kepegawaian, kekonsuleran, maupun keuangan. Yang menjadi masalah adalah, kami dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang masih merajalela dengan berbagai pembatasan di berbagai lini.
Pandemi COVID-19 benar-benar telah memberikan pukulan telak ke dalam sendi-sendi kehidupan. Banyak hal-hal yang terpaksa harus berubah dengan adanya pandemi ini, termasuk masa persiapan penugasan kami. Mengingat hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan batch saya kali ini merupakan yang pertama di masa pandemi, maka boleh dikatakan persiapan kami tidak semulus sebagaimana masa-masa sebelumnya.
Masa Persiapan Di Tengah Pandemi
Masa orientasi tidak dapat dilaksanakan secara fisik, melainkan harus secara daring karena adanya PPKM dari pemerintah. Untuk melaksanakan tes kesehatan juga cukup sulit, mengingat banyak sekali rumah sakit yang sudah overload karena menjadi rujukan COVID-19, sehingga mereka sudah tidak sanggup menerima untuk program medical check-up. Belum lagi dengan adanya kebijakan WFH 50% bagi seluruh pegawai instansi pemerintah, maka pengurusan dokumen-dokumen juga agak terhambat.
Namun, apa mau dikata, pandemi ini juga datang tanpa diminta. Dia datang secara tiba-tiba, tanpa basa-basi dia menyeruak masuk ke dalam setiap sendi kehidupan kita. Memporak-porandakan segala macam rencana tanpa dapat kita nyana. Yang dapat kita lakukan adalah harus mau dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada.
Alhamdulillah, setelah melalui berbagai proses, kami siap juga berangkat menuju Athena. Menuju tempat baru dan babak baru dari fase kehidupan kami sekeluarga.
Wah, sepertinya menarik. Tapi kok tidak ada postingan terbaru tentang kehidupan di Yunani-nya?
Iya nih saya juga nunggu e mas Iqbal. Ky nya om Tatang nya sudah lupa sama blog e… Haha..
Haha… Siyap, Mas. Ditunggu aja. Insya Allah nanti saya post di sini, sekarang ini masih dalam tahap drafting. Mudah-mudahan bisa segera dirilis… 🙂
Masih tahap drafting, Mas. Mudah-mudahan bisa segera rilis. Meskipun tidak terlalu fresh, harapannya sih tetap bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana suasana kehidupan sehari-hari di Yunani. 😉