Akhir-akhir ini seluruh dunia dihebohkan oleh kehadiran si Coronavirus. Mikroorganisme berukuran nano ini telah menyebarkan teror ke seluruh dunia dan menyebabkan pandemik secara global. Tidak hanya merenggut korban jiwa manusia, namun kehadirannya juga telah memporakporandakan berbagai rencana dan agenda. Perekonomian dunia pun dibuat merana olehnya.
Apa itu Coronavirus?
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19.
Dan yang perlu diketahui, bahwa Coronavirus ini telah ada dan mendiami bumi sejak puluhan tahun lalu. Hanya saja, jenisnya bermacam-macam dan menimbulkan efek yang berbeda-beda pula terhadap kesehatan.
Nah, yang terakhir membuat heboh seluruh dunia adalah Coronavirus yang disebut dengan Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). Covid-19 merupakan Coronavirus jenis tebaru dan belum pernah ada sebelumnya. Covid-19 sendiri mulai ditemukan sejak terjadinya wabah besar di Wuhan, propinsi Hubei, China, yaitu sekitar Desember 2019.
Sama seperti Coronavirus yang lain, Covid-19 ini juga menyerang organ pernapasan seperti paru-paru dan bisa mengakibatkan terjadinya infeksi paru-paru (pneumonia) . Yang membuatnya lebih mengerikan adalah tingkat penularannya yang sangat tinggi serta efek dan kerusakan yang diakibatkan terhadap korban yang menderitanya.
Apa saja Gejala Covid-19?
Gejala-gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat.
Kabar baiknya adalah sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Namun, sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit Covid-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Jadi bagi mereka yang mengalami demam, batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis, agar diperoleh kepastian juga apakah yang bersangkutan terinfeksi Covid-19 atau tidak.
Bagaimana penyebaran Covid-19?
Orang dapat tertular Covid-19 dari orang lain yang terjangkit virus ini.
Covid-19 dapat menyebar dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut (droplet) yang keluar saat orang yang terjangkit Covid-19 batuk atau mengeluarkan napas. Percikan-percikan ini kemudian jatuh ke benda-benda dan permukaan-permukaan di sekitar. Orang yang menyentuh benda atau permukaan tersebut lalu menyentuh mata, hidung atau mulutnya, maka dapat terjangkit Covid-19. Penularan Covid-19 juga dapat terjadi jika orang menghirup percikan (droplet) yang keluar dari batuk atau napas orang yang terjangkit Covid-19. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak lebih dari 1 meter dari orang yang sakit. Saat ini WHO (World Health Organization) terus mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran Covid-19 dan akan menyampaikan temuan-temuan terbaru.
Kemudian muncul pertanyaan, “Apakah virus penyebab Covid-19 ini dapat menular melalui udara?”
Menurut penelitian sejauh ini, virus penyebab Covid-19 ini umumnya menular melalui kontak dengan percikan dari saluran pernapasan, bukan melalui udara.
Apakah Covid-19 dapat menular dari orang yang tidak menunjukkan gejala? Mengingat cara utama dari penyebaran penyakit ini adalah melalui percikan saluran pernapasan yang dihasilkan saat batuk, maka risiko penularan Covid-19 dari orang yang tidak ada gejala sama sekali sangatlah rendah. Namun demikian, banyak orang yang terjangkit Covid-19 hanya mengalami gejala-gejala ringan, terutama pada tahap-tahap awal. Karena itu, Covid-19 dapat menular dari orang yang, misalnya, hanya batuk ringan tetapi merasa sehat.
Selain itu mungkin juga akan muncul pertanyaan, “Apakah saya dapat tertular Covid-19 dari feses orang yang terjangkit penyakit ini?”
Risiko penularan Covid-19 dari feses orang yang sudah terinfeksi adalah kecil. Penelitian awal memang mengindikasikan bahwa dalam kasus-kasus tertentu virus ini bisa ada di feses, tetapi dalam konteks wabah yang sedang terjadi ini, rute penularan ini tidak menjadi kekhawatiran. Namun demikian, karena risiko tetap ada (walaupun kecil), hal ini memperkuat alasan mengapa kita harus rajin mencuci tangan setelah menggunakan kamar mandi dan sebelum makan.
Bagaimana perlindungan dan pencegahan terhadap penyebaran Covid-19 ini?
Kalau kita cari di Google, sudah banyak sekali artikel atau poster yang menjelaskan bagaimana cara mencegah agar kita tidak tertular penyakit Covid-19 ini. Namun, karena ini di ‘rumah’ saya sendiri, maka di sini saya akan mengambil kesempatan untuk mempromosikan hasil karya anak saya yang sedang menjalani Belajar di Rumah . Kebetulan dia mendapatkan tugas dari gurunya untuk membuat poster mengenai Pencegahan Virus Covid-19 ini.

Selain hal-hal yang sudah disampaikan melalui poster di atas, ada satu hal penting lainnya yang dapat kita lakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 ini yaitu dengan #DirumahAja atau #StayAtHome. Mengapa?
Virus ini membutuhkan waktu inkubasi selama 14 hari. Artinya, sejak kita tertular atau ada virus yang masuk ke tubuh kita, maka mereka akan berdiam dan mencoba menginfeksi kita. Namun, apabila imun atau daya tahan tubuh kita bagus, maka tubuh akan membentuk semacam antibodi untuk melawan virus tersebut. Dan dalam 14 hari, virus itu akan kalah dan tidak mampu untuk menginfeksi kita lagi. Lantas apakah virus itu sudah benar-benar hilang dari tubuh kita? Untuk itu idealnya kita harus melakukan tes swab di rumah sakit atau laboratorium agar dapat diperoleh hasil yang lebih tepat.
Nah, dengan kita berdiam di rumah, paling tidak kita sudah mengurangi 2 risiko. Yang pertama adalah risiko kita tertular oleh orang lain, sedangkan yang kedua adalah risiko kita menularkannya kepada orang lain. Karena bisa saja tanpa disadari sebenarnya sudah ada virus tersebut di dalam tubuh kita, namun karena imun kita bagus, mereka menjadi dorman atau inaktif. Masalahnya adalah bila hal itu yang terjadi, berarti kita menjadi carrier dan bisa membahayakan orang lain. Jadi melalui artikel ini, saya kembali mengingatkan supaya kita mengurangi aktivitas di luar rumah. Hindari keluar rumah bila memang tidak kepepet sama sekali. Ikuti anjuran pemerintah dengan menerapkan social distancing maupun physical distancing.
Apakah Covid-19 ini sudah ada obatnya?
Berdasarkan sumber dari WHO, sampai artikel ini ditulis Covid-19 ini masih belum ada obatnya. Untuk membuat vaksinnya saja membutuhkan waktu minimal 18 bulan. Dan saat ini para ahli sedang mengebut untuk proses pembuatannya. Bahkan, di Amerika Serikat sudah sempat melakukan uji coba vaksin Covid-19 kepada manusia. Namun hasilnya bagaimana masih belum dirilis secara resmi. Apalagi saat ini Amerika Serikat menjadi negara dengan peringkat tertinggi untuk kasus infeksi Covid-19.
Lantas, akan timbul pertanyaan, “Seandainya saya sakit, diobatinya bagaimana?”
Ketika misalnya kita sudah dites dan hasilnya positif serta menunjukkan gejala-gejala ringan, maka langkah pertama yang akan diambil adalah isolasi atau karantina. Jika gejala-gejalanya masih ringan, mungkin kita hanya akan dikarantina di rumah, tapi bila sudah masuk fase menengah dan berat, maka kita akan segera dievakuasi ke rumah sakit yang sudah ditunjuk oleh pemerintah untuk menangani kasus Covid-19 ini.
Ketika masa karantina, dari berbagai sumber menyatakan bahwa pasien tidak diberikan obat apa-apa. Pasien hanya diberikan vitamin, asupan gizi yang cukup, dan istirahat yang cukup. Mengapa pasien Covid-19 harus di karantina? Hal tersebut tidak lain adalah untuk mencegah penularan yang lebih luas. Ingat, di atas tadi sudah disampaikan bahwa virus Covid-19 ini memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Kalau sampai menyebar, maka dampaknya adalah terjadi pandemik di suatu wilayah, dan inilah yang kita semua tidak menginginkannya.
Tapi bila seorang pasien dengan gejala yang sudah agak berat, misalnya sampai mengalami sesak napas, maka di rumah sakit akan diberikan berbagai peralatan medis untuk membantunya seperti ventilator, oksigen, dan lain sebagainya.
Nah, sekali lagi mengingatkan, karena Covid-19 ini belum ada obatnya, maka ikutilah anjuran pemerintah untuk #DirumahAja / #StayAtHome, jangan bepergian dulu, apalagi mudik ke kampung halaman. Karena boleh jadi kita menjadi carrier, sedangkan virus ini bisa sangat mematikan bagi orang-orang yang sudah lanjut usia. Jadi, jika anda masih menyayangi orang tua dan saudara-saudara yang lain, tahanlah hasrat itu sampai badai Corona ini benar-benar berlalu. Jangan sampai karena keegoisan anda malah menjadi bencana bagi orang-orang yang anda sayangi. 🙁

Bagaimana penanggulangan bencana Covid-19 ini?
Terkait penanganan Covid-19 ini, sebenarnya pemerintah telah melakukan langkah-langkah yang cukup penting. Tapi saya yakin, bahwa langkah apapun yang diambil oleh pemerintah itu pasti ada cacatnya di mata rakyat negeri +62 🙁 . Tidak sedikit orang yang meragukan kemampuan pemerintah untuk melakukan mitigasi terhadap bencana Covid-19 ini. Banyak yang nyinyir dan mencibir terhadap langkah-langkah yang sudah diambil oleh pemerintah. Ada saja yang mendompleng isu Covid-19 ini untuk melakukan serangan-serangan politis ke pemerintah dengan menyebarkan berita-berita hoax. 😡
Berikut ini adalah langkah-langkah yang sudah diambil oleh pemerintah kita dalam mengatasi bencana Covid-19:
- Pemerintah Indonesia telah membentuk dan mengaktifkan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu masuk negara di bandara/pelabuhan/Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN). Tim dapat terdiri atas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit lain yang relevan di wilayah otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang diperlukan dalam pencegahan importasi penyakit.
- Tim bertugas melakukan pengawasan alat angkut, orang, barang, dan lingkungan di pintu masuk negara. Menyediakan ruang wawancara, ruang observasi, dan ruang karantina untuk penumpang.
- Dalam menghadapi situasi pandemic virus Novel Corona 2019 (n-COV), sejak tanggal 18 Januari 2020 Indonesia telah melakukan pemeriksaan kesehatan di sekitar 135 titik di bandar udara, di darat dan pelabuhan, dengan menggunakan alat pemindai suhu tubuh bagi siapa pun yang memasuki wilayah Indonesia, sesuai regulasi kesehatan internasional, Pemerintah Indonesia juga telah mengerahkan personil tambahan di bandar udara serta meningkatkan kesiagaan rumah sakit.
- Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan tiga langkah pencegahan masuknya virus Corona ke wilayah Indonesia, yaitu:
- Menerbitkan Surat Edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota, RS Rujukan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan masuknya penyakit ini.
- Menempatkan 135 thermal scanner di seluruh bandar udara di Indonesia terutama yang mempunyai penerbangan langsung ke Tiongkok
- Memberikan health alert card dan Komunikasi, informasi, dan Edukasi (KIE) pada penumpang
- Kementerian Kesehatan juga telah menunjuk sedikitnya 100 Rumah Sakit rujukan, yang sebelmnya dipakai pada kasus flu burung. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga telah menyiapkan 21 kapsul evakuasi (meja dorong isolasi pasien) terkait penyebaran virus corona sebagai bentuk tindak pencegahaan.
- Kementerian Kesehatan telah mengembangkan pedoman kesiapsiagaan mengacu pada pedoman sementara yang disusun oleh WHO, menyusun panduan bagaimana mengurangi risiko terjangkit n-Cov, seperti mencuci tangan dan menjauhi orang-orang yang sakit dan memastikan langkah yang tepat telah diambil. Langkah-langkah tersebut baik sebagai suatu bentuk pencegahan dan antisipasi.
- Kementerian Kesehatan membuka kontak layanan yang dapat diakses masyarakat untuk mencari informasi perihal virus corona. Nomor layanan informasi yang dapat dihubungi adalah 0215210411 dan 081212123119. Layanan ini diisi oleh petugas dari Direktorat Turbulen dan Karantina Kesehatan untuk mengomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan informasi dan rumor terkait virus corona.
- Pada tanggal 2 Februari pemerintah Indonesia mengumumkan penundaan seluruh penerbangan dari dan ke RRT daratan yang berlaku mulai tanggal 5 Februari 2020 pukul 00.00 WIB, melarang seluruh orang masuk dan transit ke Indonesia apabila selama 14 hari terakhir berada di RRT daratan, serta mencabut sementara bebas visa dan visa on arrival untuk warga negara RRT. Pada tanggal 4 Februari 2020, melalui Menteri Perdagangan, Pemerintah Indonesia juga telah menghentikan impor live animal dari RRT daratan.
- Penilaian Perwakilan WHO di Indonesia mengenai kesiapan Indonesia menghadapi n-COV:
- Indonesia memiliki sistem peringatan danrespons dini yang berfungsi, Indonesia memiliki ratusan fasilitas di berbagai daerah yang dapat mengakses kasus rujukan dan mengelola kasus ini dengan cara yang sangat tepat, dengan ukuran pengendalian pencegahan infeksi yang sangat tepat.
- Dengan kesiapan sistem yang sudah ada, Indonesia dinilai siap untuk merspons situasi ini
- WHO menilai Indonesia sudah berada di jalan yang benar dalam hal kesiapan dan menyiapkan kegiatan persiapan
- Sebagai bentuk perlindungan, Pemri telah memulangkan WNI dari Provinsi Hubei, RRT pada tanggal 2 Februari 2020. Kepada para WNI tersebut telah diterapkan langkah – langkah sebagai berikut :
- Memastikan ketersediaan dan akses terhadap logistic di Wuhan (sebelum dilakukan evakuasi): Karena adanya kebijakan lock down dari Pemerintah RRT, KBRI Beijing telah mengirimkan bantuan dana setara dengan 133 juta kepada WNI, yang sebagain besar merupakan mahasiswa, untuk membeli makanan dan logistic di Wuhan.
- Mengirimkan bantuan logistic dari Indonesia: BNPB melalui Kementerian Luar Negeri dan KBRI Beijing telah mengirimkan 10.000 masker N-95 untuk WNI di RRT.
- Melakukan penjemputan sukarela: 237 WNI dan 1 WNA yang berada di Provinsi Hubei pada tanggal 1-2 Februari 2020.
- Sejak tanggal 2 Februari seluruh WNI bersama 5 tim aju dari KBRI Beijing serta 42 tim evakuasi sedang menjalani observasi kesehatan selama 14 hari (masa inkubasi virus) di Pangkalan Udara TNI AU Raden Sadjad.
Selain hal-hal di atas, pemerintah juga sudah membentuk Satuan Tugas khusus berupa Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 untuk menangani bencana Covid-19. Pelaksana gugus tugas ini diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo. Sementara wakil ketua pelaksana terdiri dari dua orang, yakni Asisten Operasi Panglima TNI dan Asisten Operasi Kapolri. Sedangkan sebagai Juru Bicara pemerintah untuk penanganan kasus Covid-19 ini ditunjuk Bapak Achmad Yurianto, beliau adalah Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
Pada tataran teknis, pemerintah selalu mengimbau dan mensosialisasikan agar kita melakukan Social Distancing maupun Physical Distancing, berdiam di rumah terlebih dahulu (#StayAtHome), menjaga kebersihan dengan mencuci tangan menggunakan sabun di air yang mengalir, banyak mengkonsumsi makan-makanan bergizi, dan menggunakan masker. Pemerintah juga telah membeli alat untuk Rapid Test dan PCR untuk menguji apakah seseorang telah terinfeksi Covid-19 atau tidak. Pemerintah juga telah menyulap Wisma Atlet yang berada di Kemayoran menjadi Rumah Sakit khusus untuk penanganan dan karantina pasien Covid-19 ini. Sebagai cadangan, Pulau Galang juga telah disiapkan sebagai tempat isolasi bagi pasien atau orang-orang yang telah terinfeksi Coronavirus.
Pada level pemerintah daerah, juga telah melakukan Rapid Test secara masif, terutama di kota-kota penyangga DKI Jakarta, seperti Bekasi, Depok, dan Bogor. Sementara itu, di level akar rumput bergulir isu mengenai lockdown (karantina wilayah).
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, “Mengapa pemerintah tidak mengambil kebijakan lockdown?”
Ya, pemerintah memang tidak mengambil kebijakan lockdown, akan tetapi lebih kepada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Saya yakin pemerintah juga memiliki pertimbangan tersendiri mengapa tidak melakukan lockdown secara total. Walaupun kalau kita lihat secara sekilas cara ini sepertinya cukup efektif untuk menekan penularan Covid-19.
Diakui atau tidak, kultur masyarakat kita itu masih kagetan dan gumunan (terheran-heran). Jika benar kebijakan lockdown itu diberlakukan secara ketat, apakah kita bisa membayangkan, bagaimana kita akan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Masih adakah toko yang berjualan sembako? Apakah kita yakin tidak akan terjadi panic buying? Sedangkan lockdown masih sebatas isu saja, orang-orang sudah mulai memborong sembako. Masker dan hand sanitizer sudah kosong di gerai-gerai minimarket, harga sayur dan buah sudah mulai membubung tinggi, dan beberapa bahan kebutuhan pokok juga mulai langka. Kalau hal seperti ini dibiarkan terus menerus, maka ujungnya adalah terjadi chaos atau kekacauan. Nah, kalau sudah terjadi kekacauan, maka hal semacam itu sudah sangat sulit dikendalikan. Sepertinya ini yang ingin dihindari oleh pemerintah.
Faktor ekonomi tampaknya masih menjadi pertimbangan bagi pemerintah ketika menentukan kebijakan dalam menghadapi Coronavirus ini. Selain menghindari chaos, banyaknya masyarakat kita yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas ekonomi mikro juga menjadi salah satu faktor mengapa pemerintah tidak memberlakukan lockdown secara total. Ekonomi harus bergerak agar masyarakat juga tetap bisa survive, karena memang jujur saja sepertinya negara kita masih belum memiliki kemampuan untuk benar-benar menanggung hajat hidup seluruh rakyatnya jika semua aktivitas ekonomi terhenti.
Makanya walaupun terkesan nanggung, tapi kebijakan yang diambil sekarang ini mungkin merupakan pilihan yang lebih baik dari yang terburuk. Sekarang tinggal bagaimana kita sebagai masyarakat turut membantu pemerintah untuk memerangi Covid-19 ini dengan mengikuti regulasi dan peraturan yang sudah ada. Jangan ngeyel dan bandel dengan melanggar apa yang sudah ditetapkan. Kita semua tentunya ingin badai Coronavirus ini cepat berlalu. Tapi ini akan cepat berlalu jika kita bahu-membahu untuk mengatasinya secara bersama-sama. Harus saling mendukung antara pemerintah dan masyarakatnya. Jangan timpang, semuanya harus berjalan seiring sejalan.
Sekali lagi, mari kita semua turut berperan serta untuk mengatasi badai Coronavirus ini secara bersama-sama, mulai dari level terkecil, di keluarga, lingkungan sekitar, sampai ke level daerah. Ikuti anjuran dan imbauan dari pemerintah. Semoga wabah ini cepat berlalu. Aamiin… Yaa Rabbal ‘Alamiin… 🙂
Dan buat anda yang ingin memantau perkembangan terkini status Covid-19 di seluruh dunia dapat melihatnya pada situs resmi WHO pada URL berikut:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports. Dan bagi yang ingin melihat informasi dalam bentuk geospasial, dapat melihatnya melalui situs John Hopkins University dengan URL sebagai berikut:
https://coronavirus.jhu.edu/map.html.
Terima kasih buat yang sudah berkenan mampir dan membaca tulisan yang sangat panjang ini . Semoga tulisan ini menjadi pembuka semangat untuk menulis kembali di blog ini setelah sekian lama vakum. Kalau ada salah kata dan kekurangan mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya.
Tulisan ini disusun dari berbagai sumber:
- Situs resmi World Health Organization (WHO) (http://who.int)
- Portal resmi Kementerian Luar Negeri (http://kemlu.go.id)
- Portal informasi geospasial John Hopkins University (
https://coronavirus.jhu.edu/map.html)
One Comment on “Dunia Tersandera Corona (Covid-19)”