Masih dalam suasana lebaran, biasanya kita saling berkunjung satu sama lain ke kerabat, tetangga maupun handai tolan. Berlebaran di negeri seberang tentu berbeda rasanya, karena jauh dari saudara dan sanak famili. Namun hal itu justru memacu kami untuk menambah jalinan tali silaturahim. Alhamdulillah, setelah 2 tahun lebih tinggal di sini, kami berkenalan dengan orang-orang baru, dan rata-rata semuanya baik.
Di postingan sebelumnya pernah saya ceritakan seorang guru sekaligus wali kelas putri kami ketika masih bersekolah di TK lokal. Beliau adalah orang Melayu, dan kami sangat bersyukur karena pada waktu itu putri kami masih belum fasih benar Bahasa Inggrisnya (maklum kami ini kan wong ndeso ). Jadi dalam masa penyesuaian, Beliau banyak membantu putri kami. Namanya adalah Ms. Andila.
Seperti halnya tahun lalu, lebaran kali ini kami juga menyempatkan untuk berkunjung dan bersilaturahim ke rumahnya. Kami sekeluarga mendapat sambutan yang sangat hangat. Tak lupa sajian khas Melayu terhidang di meja. Kami pun asyik tenggelam dalam percakapan dengan suasana yang bersahabat.
Ketika hari sudah beranjak sore, kami segera mohon diri. Bahkan kami masih dibawakan buah tangan. Ya ampun, terharu deh rasanya, orang yang tadinya bukan siapa-siapa bisa berbuat begini baiknya, hampir seperti saudara.
Yah, tinggal jauh dari keluarga dan saudara terkadang akan membuat kita untuk menemukan dan menjalin persaudaraan dengan orang-orang baru. Fitrah manusia sebenarnya makhluk sosial, yang tidak bisa hidup secara soliter. Manusia selalu membutuhkan sesama untuk kelangsungan hidupnya. Itulah sifat dasar manusia yang sesungghunya.
Namun dalam perkembangannya, muncul batas dan kotak tak berwujud yang membuat manusia akhirnya menjadi kelompok-kelompok. Yang tidak jarang antar kelompok-kelompok ini akan bertikai apabila bersinggungan. Pada saat ini terjadi, kalau boleh saya bilang, sebenarnya tak ada bedanya dengan binatang. Lihat saja binatang yang hidup dalam kawanan, mereka akan berkelahi apabila ada binatang dari kawanan lain memasuki wilayahnya.
Seharusnya kita bisa lebih dari itu. Kita dianugerahi akal dan pikiran oleh Sang Maha Pencipta untuk membedakan dengan binatang. Hidup dalam harmoni dan kebersamaan tentunya lebih indah ketimbang hidup dalam pertikaian dan pertengkaran. Batas-batas itu memang ada dan tidak dapat dipungkiri, namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menjaga dan menghormati orang lain serta bukannya mempertajam perbedaan yang ada.
Seandainya kita dapat lebih mengedepankan persamaan, persatuan, dan semangat persaudaraan, maka tentunya pertikaian dan konflik-konflik tidak akan terjadi. Sekali lagi izinkan saya mengingatkan, bangsa kita adalah bangsa yang besar, butuh orang-orang dengan jiwa besar untuk turut menjaganya. Sudah saatnya kita bergandengan tangan, bahu membahu menuju arah yang lebih baik. Mari bergerak bersama sebagai sebuah bangsa dan bukan terkotak-kotak dalam kelompok yang sempit.
Salam.