Kalau sebelumnya sudah diceritakan bagaimana perjalanan saya menuju Swiss dan sedikit petualangan di Bern, maka kali ini saya akan mencoba berbagi cerita ketika saya mengunjungi Interlaken beberapa bulan yang lalu.
Menyambung cerita sebelumnya, setelah melihat pertunjukan laser di depan Bundesplatz, kami segera pulang ke penginapan dan mempersiapkan tenaga untuk keesokan harinya. Ya, kami berencana untuk jalan-jalan ke Interlaken, yang konon katanya memiliki view (pemandangan) yang sangat indah, plus merupakan pusat oleh-oleh khas Swiss.
Malam itu, sambil leyeh-leyeh, kami mengobrol ngalor-ngidul sembari sesekali melihat ke layar televisi yang ternyata semakin malam, acaranya semakin “ajaib”. Rasanya tidak perlu saya uraikan di sini seberapa ajaibnya acara televisi di Swiss selepas pukul 12 malam. Karena saking lelahnya, tak lama kami pun tertidur pulas.
Pagi harinya, usai berkemas kami pun segera melangkahkan kaki menerobos dinginnya udara pagi. Tampak asap mengepul dari mulut ketika kami berbicara. Rasanya aneh sekali. Maklum wong ndeso, seumur-umur baru kali ini saya pergi ke sebuah negeri yang ada musim dinginnya. 😆 Saat kami berjalan menuju halte bus, kami berbarengan dengan anak-anak kecil yang akan pergi ke sekolah dan beberapa orang dewasa yang akan berangkat bekerja.
Dari halte Steingrubenweg, kami menuju stasiun Bern Bahnhof untuk mencari sarapan dan dari sanalah kereta yang akan kami tumpangi menuju Interlaken bermula. Selesai sarapan, kami pun segera memeriksa jadwal dan rute kereta. Ada 2 alternatif yang dapat digunakan. Yang pertama kita bisa saja menaiki kereta yang menuju Spiez, kemudian berpindah ke kereta yang menuju Interlaken, atau bisa juga menggunakan kereta yang langsung ke Interlaken dari stasiun Bern Bahnhof, hanya saja jeda waktunya lebih lama.
Kami sepakat untuk menggunakan kereta yang transit terlebih dahulu di Spiez. Selain jadwalnya lebih sering, juga karena kami juga ingin melihat-lihat stasiun Spiez seperti apa. Namanya juga nge-bolang, jadi ya jangan tanggung-tanggung.
Oh iya, karena sudah membeli Swiss Pass, maka tidak perlu lagi membeli tiket ke mana pun kami pergi. Itulah keuntungan jika kita memiliki Swiss Pass. Apabila kita memang sudah berniat untuk lebih banyak melakukan perjalanan, maka disarankan untuk membeli Swiss Pass, karena bila ditotal harganya akan jauh lebih hemat.
Setelah menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan, sampailah kami di Spiez. Di sana sudah menunggu kereta yang akan menuju Interlaken. Kami pun bergegas pindah peron untuk menaiki kereta tersebut. Tak berapa lama kemudian, kereta itu pun mulai bergerak meninggalkan stasiun Spiez.
Saat menuju Interlaken, kita akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Kita akan melihat pegunungan Alpen dengan Danau Thun (Jerman: Thunersee) dan Danau Brienz (Jerman: Brienzersee). Tak lupa saya pun segera mengabadikannya melalui kamera. Meskipun kurang sempurna karena diambil dari dalam kereta, namun mudah-mudahan tidak mengurangi nilai keindahannya.
Sesampainya di stasiun Interlaken Ost, kami segera menuju pintu keluar dan mencari toko Kirchhover AG yang terletak di Jalan Hoheweg. Karena menurut info seorang teman, jika ingin mencari barang-barang seperti pisau lipat Victorinox, tas branded, maupun arloji asli buatan Swiss, di situlah tempatnya.
Kami berjalan menyusuri sepanjang jalan Interlaken Ost, sampai akhirnya menemukan Jalan Hoheweg. Yang menarik adalah, ketika kami berjalan di sepanjang Jalan Hoheweg, banyak sekali menemui turis-turis dari Asia, terutama China, Jepang, dan Korea. Jadi, rasanya kami ini bukan sedang jalan-jalan di Eropa melainkan di sebuah kota di kawasan Asia. 😆
Setelah menemukan toko yang dimaksud, kami pun segera melihat-lihat barang yang ada. Wow, terus terang saya langsung speechless ketika melihat label harganya. 😯 Rata-rata harganya mencapai ribuan Dollar. Jarang sekali saya melihat barang dengan harga di kisaran ratusan. Saya pun mulai galau. Angan-angan untuk membelikan oleh-oleh istri pun perlahan meredup. Lha wong uang saku dengan harga barangnya saja lebih besar harga barangnya. 🙁
Akhirnya setelah dengan penuh kesabaran, saya menemukan oleh-oleh yang cocok untuk istri saya, dan cocok di kantong juga tentunya. 😆 Selain itu, saya menyempatkan pula untuk membeli berbagai pernak-pernik khas Swiss, seperti tempelan kulkas, tas kain bertuliskan Switzerland, dan beberapa boneka lucu untuk anak-anak.
Pada waktu itu, udara di Interlaken dapat dibilang lebih hangat ketimbang di Zurich maupun di Bern. Jaket tebal yang saya pakai selama di dua kota tersebut akhirnya saya lepas, karena kegerahan. Dari sepanjang jalan Interlaken sampai Hoheweg, kita dapat melihat salah satu sisi pengunungan Alpen. Sebenarnya banyak sekali spot-spot tempat wisata yang menarik di Interlaken, namun karena keterbatasan waktu kami tidak sempat untuk mengunjunginya. Mudah-mudahan di lain kesempatan kami bisa mencobanya.
Salah satu yang bisa kita lihat dari Interlaken Ost adalah The Schynige Platte railway, yaitu sebuah jalur kereta api yang rutenya mendaki gunung, dengan kemiringan yang cukup ekstrim. Ini merupakan salah satu ikon Swiss. Pada saat itu kami hanya bisa memandangnya dari kejauhan. 🙁
Umumnya, di Interlaken banyak menawarkan wisata yang bertema alam. Karena konturnya yang dekat dengan pegunungan, kemudian di bawahnya terdapat danau, maka sangat cocok bagi Anda yang memiliki hobi hiking, berkemah, bahkan ada juga spot untuk paragliding. Bagi yang sekiranya memiliki cukup waktu, patut mencoba melihat Jungfrau dengan menggunakan kereta. Konon, dari kereta itu kita bisa menikmati pemandangan pegunungan yang diliputi salju dari jarak dekat. Well, I should try it one day.
Berjalan-jalan sambil mencari oleh-oleh membuat kami lemas, selain karena sejak pagi perut kami hanya terisi dengan roti dan segelas kopi di stasiun Bahnhof. Akhirnya kami putuskan untuk berhenti di sebuah restoran Turki. Saya kurang ingat apa yang saya pesan, tapi yang jelas ada nasinya. Tipikal orang Indonesia sekali. Kalau belum makan nasi itu belum makan namanya. 😆
Selesai makan, kami segera menuju stasiun Interlaken Ost untuk kembali ke Bern. Sampai di stasiun tidak perlu menunggu terlalu lama, kereta yang kami nantikan pun tiba. Seperti sebelumnya, kami memilih kereta yang transit di Spiez terlebih dahulu, baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta yang menuju ke Bern.
Sampai di Bern, saya langsung mencari kereta yang ke arah Zurich HB, karena malam itu saya harus terbang kembali ke Singapura. Alhamdulillah, timingnya semua pas, tidak ada yang meleset satu pun. Untungnya, di Bern Bahnhof terdapat jasa pengiriman luggage langsung ke airport. Jadi, koper besar sudah saya kirimkan ke Zurich Airport pada pagi hari sebelum kami berangkat ke Interlaken, dan saya cukup membawa tas punggung dan tas kamera saja.
Di Zurich Airport, setelah mengambil koper, kemudian segera ke counter Emirates untuk melakukan Check-in. Dan malam itu, saya menempuh perjalanan pulang dengan transit di Dubai terlebih dahulu. Hanya saja pada saat kepulangan, durasi transitnya tidak terlalu lama sebagaimana waktu berangkat.
Yah, itulah tadi sedikit cerita ketika berkunjung ke Swiss. Masih ada satu tempat lagi di Swiss yang akan saya ceritakan, simak kisahnya pada postingan berikutnya.
Salam hangat.
Note: Jika ingin melihat koleksi foto yang lebih lengkap, silahkan kunjungi Photoblog saya di http://cagakurip.blogspot.com/2016/01/foto-jalan-jalan-ke-interlaken.html
Mantap banget pemandangannya kapan mau kesana ya..
supaya dapat selvi juga kwkkwkkwkw…
Bagus yah mas tatang pemandangannya di interlaken.
Belum pernah ke interlaken dan kayanya interlaken itu must-visited place ya..bagus banget pemandangannya.. 😀
Makin gemuk dan sukses ae Tang … 😀
Jgn lupa oleh-olehnya … Foto yang lagi nunggu kereta backgroundnya asyeek iku … Ha..ha…
tetap mahal ya oleh2nya mas :))
pantesan foto narsisnya nggak senyum manis 😀