Wisata histori ke Melaka bisa dijadikan sebagai referensi tujuan jalan-jalan Anda. Mengapa? Karena Melaka merupakan sebuah kota yang menyimpan segudang cerita sejarah serta bangunan-bangunan tua dan unik yang menarik untuk dikunjungi.
Sekitar pertengahan tahun lalu, sebenarnya kami sekeluarga berencana untuk jalan-jalan di Melaka di akhir tahun. Namun apa daya karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, memaksa kami untuk menundanya sampai awal tahun. Yah, gak jauh-jauh amat juga sih mundurnya. 😆
Sebulan sebelumnya saya mulai hunting tempat penginapan. Saya memilih menggunakan AirBnB karena pada saat ke Swiss beberapa bulan sebelumnya, saya sudah memperoleh pengalaman yang mengesankan dengan AirBnB. Dengan harga yang relatif lebih murah daripada hotel, kita bisa mendapatkan satu unit rumah atau apartemen lengkap dengan segala perlengkapannya. 🙂
Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada sebuah rumah yang terletak di Jalan Laksamana. Saya memilih rumah tersebut karena selain lokasinya yang strategis, juga banyak sekali fasilitas yang diberikan oleh pemilik rumah seperti misalnya sepeda, ada garasi buat mobil, WiFi, televisi, bahkan sampai air mineral di dalam kulkas pun diberikan gratis. 😎
Berdasarkan pengalaman dari teman-teman, sebelum menentukan pilihan di AirBnB, lihat juga review dari orang-orang yang pernah tinggal di situ. Nah, berdasarkan hasil riset kecil-kecilan, review yang diberikan semuanya bilang kalau rumah tersebut merupakan pilihan yang oke dan pemiliknya juga orang yang sangat baik. Bagi yang berminat, anda bisa melihat informasi lebih detilnya di sini. Saya pun sudah memberikan review di sana, silahkan cari nama saya.
Karena saat ini masih tinggal di Singapura, maka kami berencana untuk menempuh perjalanan melalui jalur darat. Yah, anggap saja sedang bernostalgia ketika mudik (maklum, kami sudah 2 tahun lebih tidak pernah merasakan mudik). Selain itu, saya juga termasuk orang yang sangat menikmati ketika mengendarai kendaraan, terutama jarak jauh. Jelek-jelek begini pernah jadi sopir pantura. 😆
Hari keberangkatan
Dari Singapura, kami memilih menempuh jalur yang melewati Tuas Checkpoint. Karena pada waktu itu kami berangkat tepat tanggal 1 Januari 2016, maka lalu lintas pun relatif lancar. Kebanyakan orang-orang masih terlelap karena habis bergadang malam tahun baruan. 😆
Di sepanjang Jalan Raya Lebuh Raya, Malaysia, arus lalu lintas sangat lancar. Bahkan kami hanya sempat berhenti sekali untuk mengisi bensin dan ke kamar kecil.
Pemandangan di sepanjang Jalan Raya Lebuh Raya sangat mirip dengan pemandangan di pulau Sumatera, di mana kanan dan kiri terbentang kebun-kebun kelapa sawit yang begitu luasnya. Bedanya adalah, jalan yang dilalui sangat bagus dan halus. Tidak ada jalan berlubang ataupun jalan rusak yang ditemui.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam, kami mulai memasuki kota Melaka. Keluar dari jalan tol, lalu lintas mulai padat. Saya perhatikan, tampak beberapa mobil dengan plat nomor Singapura yang melintas. Rupanya cukup banyak juga orang Singapura yang berlibur ke Melaka.
Ternyata tidak terlalu sulit untuk menemukan alamat rumah tempat di mana kami akan menginap selama 2 malam. Rumah tersebut bentuknya seperti rumah pada umumnya dengan garasi, ayunan untuk anak-anak, dan pavilion yang disewakan terpisah. Di dalamnya terdapat 2 kamar tidur, ruang tamu plus televisi, dapur, kamar mandi, dan toilet. Rumahnya cukup bersih dan terawat, anak-anak pun cukup senang. Terbukti dengan mereka berlarian kesana-kemari, menjelajahi masing-masing ruangan.
cielah… pak tatang. 😀
saya jadi kepingin juga
Hayuklah, maen-maen ke Melaka. Banyak tempat-tempat bersejarah yang menarik dan menanti untuk dikunjungi.
malaka ini kotanya bagus dan bersih kemana mana mudah
Yup, betul sekali, Mbak Winny. Ditambah lagi tempat kami menginap dekat sekali dengan spot-spot wisata di Melaka, tidak ketinggalan adanya sepeda dari tuan rumah yang sangat bermanfaat.
Wah keren fotonya yang di atas kapal perang hihihihi… saya suka yang berbau militer begini. Dulu pernah wisata ke markas Armatim di Surabaya, sayangnya nggak boleh bawa kamera 😀
Wah sayang banget yah? Kalau saya perhatikan, tempat wisata di Indonesia sepertinya masih diskriminasi sama orang yang bawa kamera apalagi DSLR. Yang ada kadang malah dipalakin. 😥
Padahal dengan mengabadikan gambar kan juga sebagai media untuk promosi ya? Kadang saya bingung dengan cara berpikir orang-orang kita. 😯
wisata yang asyik adalah wisata bersama keluarga. ditunggu tempat wisata selanjutnya mas
Siap, Insya Allah nanti saya sharing lagi tempat-tempat menarik lainnya. 🙂
Yang asyiknya tuh..
Wisata bareng keluarga..
Ditambah wisatanya ke negeri tetangg..
Lengkp sudah..
Alhamdulillah, Mas Rudi. Mau ke manapun asal perginya sama keluarga akan terasa lebih indah.