Hari Kedua
Pada hari kedua, kami mengawali perjalanan dengan mampir dulu ke tempat fitnes milik Datuk Wira Dr. Gan Boon Leong. Di depannya terdapat patung seorang pria binaragawan dan satu set barbel. Datuk Wira Dr. Gan Boon Leong adalah salah satu orang Melaka yang bisa dikatakan sebagai Bapak Binaragawan (Father of Bodybulider) Malaysia. Dia pernah menjadi Mr. Universe, Mr. Asia, dan Mr. Malaysia. Tidak heran jika kita akan menemukan beberapa patung beliau di beberapa tempat di Melaka.
Salah satu agenda utama kami di hari kedua adalah menaiki Melaka River Cruise. Dengan menggunakan kapal boat, kita bisa menyusuri sepanjang sungai Melaka (Melaka River). Kita akan dimanjakan oleh pemandangan perkampungan Melaka jaman dahulu dipadukan dengan lukisan mural modern.
Setelah perahu merapat kembali ke dermaga, kami melanjutkan petualangan kembali. Target berikutnya adalah Benteng A’Famosa yang juga merupakan salah satu ikon dari kota Melaka. Benteng A’Famosa ini dibangun oleh Alfonso de Albuquerque, yang memimpin pasukan Portugis ketika menginvasi Melaka pada sekitar tahun 1511. Terletak di lokasi perbukitan dengan salah satu sisinya menghadap ke laut, merupakan lokasi yang ideal untuk digunakan sebagai tempat mempertahankan diri. Dulunya, A’Famosa merupakan satu komplek bangunan yang diperuntukkan khusus untuk orang-orang Portugis. Namun kini hanya tersisa beberapa bagian saja.
Untuk melihat bangunan utama, kita harus menaiki tangga yang lumayan tinggi. Yah, lumayan membakar kalori bagi Anda yang berat badannya di atas rata-rata. π Sesampainya di atas, kita bisa melihat langsung ke arah laut lepas. Selain itu terdapat beberapa atraksi menarik, seperti misalnya berfoto bersama iguana dan burung kakatua.
Di puncak A’Famosa, kita akan mendapati jejek-jejak peninggalan Portugis dengan sangat jelas. Banyak sekali batu-batu yang diukir dengan tulisan yang saya juga tidak mengerti artinya. Yang jelas, tempat itu kelihatan keren kalau dipakai buat background foto, apalagi berpose layaknya foto model. π
Setelah puas kami mengitari A’Famosa dan bangunan-bangunan museum di sekitarnya, kami pun kembali ke penginapan, karena hari mulai petang.
Malam harinya, saya dan istri pergi ke Jonker Walk dengan mengendarai sepeda mini yang sudah disediakan oleh Bernard (pemilik rumah). Tidak sampai 10 menit, kami sudah sampai di Jonker Street. Setelah mengunci sepeda di tempat yang aman, kami mulai bergabung dengan keramaian.
Menurut saya Jonker Walk lebih mirip pasar malam. Di sana dijual berbagai macam barang seperti souvenir, perhiasan, mainan, makanan dan minuman. Mayoritas penghuni Jonker Walk merupakan orang-orang keturunan Cina. Tapi mereka cakap dalam berbahasa Melayu. Jadi buat kita yang berasal dari Indonesia, tak perlu khawatir karena omongan mereka cukup mudah dipahami.
Selain menyusuri Jonker Walk, kita juga bisa mampir ke Masjid Kampung Kling. Masjid ini dibangun oleh para pedagang India muslim pada tahun 1748. Awalnya masjid ini dibuat dari kayu, namun pada tahun 1872 dipugar dan dibuat dari batu bata. Masjid Kampung Kling ini memiliki perpaduan arsitektur yangΒ bernuansa Sumatera, China, Hindu, dan Melayu, serta dengan sedikit sentuhan Portugis.
Kaki sudah mulai cenut-cenut dan pegal. Kami memutuskan untuk segera kembali ke penginapan. Badan yang sudah lengket karena peluh rasanya sudah tidak sabar untuk segera dibasuh dengan air hangat. Tidak butuh waktu lama buat saya untuk segera terlelap. π
Saya harus menyiapkan stamina untuk hari terakhir sekaligus perjalanan pulang menuju Singapura. π
cielah… pak tatang. π
saya jadi kepingin juga
Hayuklah, maen-maen ke Melaka. Banyak tempat-tempat bersejarah yang menarik dan menanti untuk dikunjungi.
malaka ini kotanya bagus dan bersih kemana mana mudah
Yup, betul sekali, Mbak Winny. Ditambah lagi tempat kami menginap dekat sekali dengan spot-spot wisata di Melaka, tidak ketinggalan adanya sepeda dari tuan rumah yang sangat bermanfaat.
Wah keren fotonya yang di atas kapal perang hihihihi… saya suka yang berbau militer begini. Dulu pernah wisata ke markas Armatim di Surabaya, sayangnya nggak boleh bawa kamera π
Wah sayang banget yah? Kalau saya perhatikan, tempat wisata di Indonesia sepertinya masih diskriminasi sama orang yang bawa kamera apalagi DSLR. Yang ada kadang malah dipalakin. π₯
Padahal dengan mengabadikan gambar kan juga sebagai media untuk promosi ya? Kadang saya bingung dengan cara berpikir orang-orang kita. π―
wisata yang asyik adalah wisata bersama keluarga. ditunggu tempat wisata selanjutnya mas
Siap, Insya Allah nanti saya sharing lagi tempat-tempat menarik lainnya. π
Yang asyiknya tuh..
Wisata bareng keluarga..
Ditambah wisatanya ke negeri tetangg..
Lengkp sudah..
Alhamdulillah, Mas Rudi. Mau ke manapun asal perginya sama keluarga akan terasa lebih indah.