Biasanya ketika menjelang tanggal 1 Syawal, maka seluruh surau, mushola, dan masjid akan mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid. Suara nan merdu akan saling bersahut-sahutan merayakan hari kemenangan. Terkadang ada juga yang melakukan arak-arakan keliling kampung dengan membawa obor dan Sound System yang didorong menggunakan gerobak. Dan kemudian pada tanggal 1 Syawal kita akan berkumpul bersama seluruh keluarga besar di kampung halaman.
Hal itu tentunya akan menjadi biasa ketika kita berada di tanah air tercinta, Indonesia. Tak jarang ada juga yang jengah, ketika melihat iring-iringan anak kecil membawa obor sembari mengumandangkan Takbir, Tahlil, dan Tahmid. Haduh, berisik amat sih, kan dulu gak pernah dicontohkan, dan lain sebagainya. Saya tidak akan membahas itu, dan saya merasa belum memiliki kapasitas untuk men-judge orang lain tentang apa yang mereka lakukan.
Yang akan saya sharing di sini adalah tentang suasana (mudah-mudahan tidak terlalu basi). Yup, suasana. Ketika Anda tidak berada di tanah air melainkan di sebuah negara yang mayoritasnya bukan muslim, tentunya suasana seperti pada awal tulisan ini akan menjadi sesuatu yang dirindukan. Kemeriahan dan nuansa menjelang Hari Raya Idul Fitri tentu menjadi sesuatu yang “Indonesia Sekali”. Sesuatu yang tidak bisa Anda dapatkan di sembarang tempat di seluruh belahan bumi.
Lebaran tahun 2013 adalah untuk pertama kalinya bagi kami sekeluarga merayakannya jauh dari kampung halaman. Karena saat ini kami sedang berada di negeri seberang untuk menunaikan tugas. Menjelang Lebaran, suasana di sini cukup berbeda. Hanya di beberapa titik saja yang menunjukkan keramaian, yaitu di daerah-daerah yang jumlah penduduk muslimnya cukup banyak. Selebihnya, mereka beraktifitas sebagaimana biasa.
Shalat Tarawih biasa kami laksanakan di Masjid Istiqomah, di dalam komplek KBRI Singapura. Jamaah yang berdatangan tidak saja dari kalangan internal kedutaan, melainkan banyak juga saudara-saudara muslim yang berasal dari luar kedutaan. Meskipun memiliki latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda-beda, namun kami dipersatukan oleh satu hal, yaitu kami sama-sama saudara semuslim. Bukankah Rasulullah SAW juga pernah bersabda yang artinya, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya.“
Pada tanggal 1 Syawal 1435 Hijriyah, walaupun awan kelabu bergelayut tanda akan turun hujan, tak menyurutkan niat kami untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Hampir 3000 orang, baik WNI maupun dari negara sahabat berkumpul di dalam dan lapangan di luar Masjid Istiqomah untuk menunaikan sholat sunnah tersebut. Tenda-tenda yang memang sudah disediakan oleh tim dari KBRI Singapura seluruhnya penuh terisi.
Selepas sholat dan khutbah, maka acara dilanjutkan dengan Open House oleh pihak KBRI Singapura yang memberi kesempatan kepada seluruh jamaah khususnya WNI yang berdomisili di Singapura untuk bersalam-salaman dengan Bapak Duta Besar Andri Hadi beserta Ibu dan juga Bapak Wakil Kepala Perwakilan Ridwan Hassan beserta ibu. Tak hanya bersalaman, Pihak KBRI juga memberikan kesempatan kepada para jamaah untuk berfoto bersama Bapak Andri Hadi dan Bapak Ridwan Hassan.
Pihak KBRI Singapura juga menyediakan santapan ringan berupa Ketupat Sayur dan beberapa makanan ringan khas Indonesia lainnya untuk seluruh masyarakat yang hadir pada saat itu. Baru kali itu saya merasakan sensasi hari raya di negara tetangga. Antusiasme masyarakat yang hadir juga begitu besar. Mereka yang berasal dari berbagai elemen profesi, dari penata laksana rumah tangga, pelajar, hingga kalangan profesional semuanya berbagi kebahagiaan, keceriaan, dan merayakan kemenangan setelah sebulan lamanya bertarung melawan hawa nafsu. Hari itu Masjid Istiqomah menjadi saksi, tidak saja kami dipersatukan oleh persaudaraan sesama muslim, namun kami juga dipersatukan oleh sebuah ikatan yaitu ikatan kebangsaan. Ya, kami berasal dari satu bangsa, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga meskipun Ramadhan telah berlalu, namun akan meninggalkan bekas yakni kita menjadi orang-orang yang lebih bertakwa. Dan semoga dengan berkumpulnya kami pada hari itu, dapat semakin mempererat rasa persaudaraan kami, tidak hanya persaudaraan sesama muslim, namun persaudaraan kita sebagai bangsa Indonesia. Mari kita bangun negeri kita tercinta, menuju Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Salam.
Meski suasananya tidak semeriah di tanah air, pastinya jadi pengalaman yang mengesankan …
Betul sekali, Mas. Saat lebaran tidak berada di kampung halaman bahkan di luar negeri, dan berjumpa dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air itu rasanya “nyes” banget…