Bulan Ramadhan tahun ini terasa berbeda karena kehadiran virus corona. Semua aktivitas kita dari perniagaan sampai urusan ibadah menjadi sedikit berubah. Meskipun tidak mengurangi esensi dari ibadah, namun karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan akhirnya harus dilakukan penyesuaian di sana-sini.
Serangan Covid-19 ini benar-benar telah memaksa kita untuk melakukan perubahan kebiasaan dan tingkah laku. Seperti misalnya membiasakan diri memakai masker ketika harus keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu apabila setelah bepergian, dan menerapkan physical distancing ketika harus berada di kerumunan.
Virus Covid-19 ini sebenarnya memiliki tingkat fatalitas yang tidak terlalu tinggi, namun memiliki kemampuan penyebaran yang sangat luar biasa. Hal inilah yang semestinya menjadi perhatian kita semua, agar masing-masing dari kita tidak turut andil dalam menyebarkan virus tersebut. Karena bagi sebagian orang dengan penyakit bawaan, infeksi virus ini bisa jadi sangat mematikan.
Bulan lalu, kita semua berharap tentunya wabah ini dapat mereda memasuki bulan suci Ramadhan. Namun apa mau dikata, wabah ini belum juga hengkang dari negeri kita ini, ditambah masih banyaknya masyarakat kita yang abai dan kurang paham mengenai betapa berbahayanya virus ini.
Akhirnya, kita semua harus menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan dengan ditemani si covid-19 ini. Gara-gara hal tersebut, banyak hal-hal yang harus berubah dan disesuaikan demi menekan penyebaran virus Covid-19. Perubahan-perubahan tersebut tentunya sudah sesuai dengan kajian dan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Pusat. Beberapa di antaranya adalah:
- Melaksanakan ibadah sholat Isya dan Tarawih di rumah saja.
- Melaksanakan sholat wajib 5 waktu juga di rumah saja.
- Melaksanakan sholat Jumat di rumah saja.
- Menghindari kegiatan yang dapat memiliki potensi berkumpulnya orang banyak, seperti; buka bersama, sahur on the road, pengajian, majelis ta’lim, dsb.
Tentunya MUI telah melakukan kajian secara mendalam, hingga akhirnya mengeluarkan keputusan sebagaimana di atas. Walau bagaimanapun, keselamatan umat adalah yang paling utama. Siapa yang tidak ingin mengejar pahala berlipat ganda di bulan suci? Namun apabila kita meraihnya dengan berisiko untuk menularkan penyakit berbahaya kepada saudara-saudara kita yang lain, maka beribadah di rumah adalah jalan terbaik di masa pandemi ini.
Bagi saya pribadi, Ramadhan ini tentunya memberikan kesan tersendiri. Yang pertama, sesuai fatwa dari MUI, maka saya bersama keluarga melaksanakan Shalat Tarawih secara berjamaah di rumah. Dan yang saya rasakan, justru dengan hal tersebut malah dapat memaksimalkan ibadah yang kami laksanakan. Mengapa? Biasanya di bulan suci Ramadhan kita sering diajak untuk buka bersama entah itu bersama teman kantor, teman kuliah, maupun kolega lainnya. Akibatnya, kadang saya tidak bisa ikut shalat Tarawih berjamaah di masjid. Nah, karena di masa pandemi ini tidak ada agenda buka puasa bersama, akhirnya sampai separuh lebih perjalanan puasa Ramadhan tahun ini, saya full berbuka puasa dan sholat Tarawih di rumah saja bersama keluarga tercinta. Semoga tetap istiqomah sampai Hari Raya tiba.
Yang kedua adalah bahwa di tahun ini kami tidak mudik ke kampung halaman sesuai dengan anjuran pemerintah. Bahkan, tiket kereta untuk mudik pun sudah kami batalkan dan alhamdulillah uang kami kembali 100%. Ya, kami tidak ingin egois hanya karena pengen mudik, namun akhirnya malah membawa petaka bagi keluarga besar di kampung halaman. Ya walaupun Insya Allah kami sekeluarga sehat-sehat saja, tapi mengingat kami berada di wilayah zona merah, tampaknya mencegah tetap merupakan langkah yang lebih baik dan bijaksana.
Jadi demikianlah sekelumit cerita tentang puasa di tengah pandemi ini. Terasa berbeda namun mungkin lebih berkesan. Di bulan yang penuh rahmat ini, mari kita jadikan kesempatan untuk lebih beramal bagi sesama. Sebagai imbas dari wabah Covid-19 ini banyak sekali saudara-saudara kita yang akhirnya harus kehilangan pekerjaan, tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan hidup dalam kekurangan. Mari bersama kita gugah nurani untuk meningkatkan empati dan semangat berbagi untuk sesama. Karena berbagi dan bersedekah itu sejatinya bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk diri kita sendiri. Bukankah Allah SWT telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi hamba-Nya yang senantiasa berbagi kepada sesama dilandasi oleh rasa ikhlas?
Melalui tulisan ini, saya juga mengajak, agar kita semua menahan diri. Menahan diri sampai pandemi ini selesai atau paling tidak mereda. Kita tahan diri untuk tidak mudik dulu demi menghindari penyebaran Covid-19 yang tidak terkendali. Kita tahan diri untuk menghindari keramaian dan kerumunan karena kita tahu pasti apakah di antara orang-orang tersebut ada yang postif Covid-19 atau tidak. Kita tahan diri untuk lebih khusyuk beribadah di rumah bersama keluarga tercinta, sekali lagi untuk menjaga diri kita dan keluarga dari kemungkinan tertular Covid-19.
Akhirnya, mari kita semua berdoa, agar wabah ini dapat cepat berlalu dan kita semua dapat beribadah dan beraktivitas seperti sediakala. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. 🙂
Corona bikin saya tidak bisa pulkam