Melewatkan pergantian tahun sebagaimana pergantian hari-hari biasa. Tidak ada yang istimewa. Mengawali aktivitas di awal tahun dengan segudang agenda yang sudah menunggu. Seolah tidak ada jeda untuk sekedar menghela nafas atau menyapa hari-hari pertama di tahun yang baru.
Masuk hari pertama, langsung tancap gas, mengerjakan rutinitas seperti biasa plus beberapa agenda tambahan yang lumayan menyita waktu. Kadang sempat terpikir, apakah saya yang kurang bisa mengatur waktu, atau memang load-nya tidak sebanding dengan waktu yang saya miliki?
Saya sudah mencoba untuk memulai lebih awal, mendahulukan hal-hal mana saja yang menjadi prioritas, namun tetap saja pulang sebelum azan Maghrib berkumandang itu menjadi sesuatu yang terlalu mewah buat saya. Sempat terlintas di benak saya, inikah profesi abdi negara yang sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang? Yang konon katanya kerjaannya enak, bisa pulang cepat, hanya santai-santai di kantor. Tapi mengapa yang saya alami tidak demikian?
Saya bukan mengeluh, apalagi menyesal. Karena ini memang sudah menjadi pilihan saya. Yang saya heran adalah, di mana letak kesalahannya, sehingga kok rasanya waktu itu masih kurang untuk menyelesaikan sederet pekerjaan yang menunggu. Mungkin ada di antara Anda yang bisa memberikan solusi atau sharing pengalamannya? 😉
Di satu sisi, banyak sederet pekerjaan yang sudah tidak bisa menunggu, tapi terkadang di sisi lain, saya tidak ingin melewatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak saya. Karena masa-masa mereka sewaktu masih kecil adalah masa yang paling indah dan paling berkesan baik bagi mereka maupun bagi saya. Di situlah pembentukan karakter dimulai dan akan menentukan seperti apa ketika mereka dewasa kelak.
Karena membesarkan anak tidak cukup hanya dengan materi. Anak-anak kita membutuhkan kedekatan emosional dan figur ayah maupun ibu. Menurut saya meluangkan waktu lebih dalam berinteraksi dengan anak-anak dapat memupuk rasa asah, asih, dan asuh. Membuat mereka lebih memiliki karakter, sekaligus menjadi ajang untuk mengenal lebih dalam pribadi dari putra-putri kita.
Memposisikan diri kita sebagai sahabat akan membuat anak lebih terbuka tentang diri mereka. Kita jadi lebih tahu bagaimana keseharian mereka di sekolah, saat bermain dengan teman-temannya, atau jika mereka sedang dirundung masalah. Jadilah pendengar yang baik dan jangan menjadi diktator. Mengajak anak berdiskusi akan membuat mereka merasa dihargai dan melatih kecerdasan intelektual mereka, serta yang terpenting adalah akan memupuk rasa percaya diri.
Dari membahas tumpukan pekerjaan kok malah sampai hal-hal yang berbau (sok) parenting begini, ya? 😆
Yah, yang terpenting adalah akhirnya saya bisa mengupdate blog ini. Postingan ini merupakan postingan perdana di tahun 2016. Mohon maaf kalau isinya masih campur aduk, gado-gado alias tidak jelas.
Mudah-mudahan saya, Anda, dan kita semua diberikan kesehatan, keberkahan, dan kesuksesan. Sampai jumpa lagi di tulisan saya yang lain.
Salam hangat selalu. 🙂
Iyah samaa..kadang suka bingung tadi ngapain aja si di kantor sampe harus pulang diatas jam 8 malam tapi masih ada aja yang belum dilakuin T__T
Kerja qo gini amat dan ujung-ujungnya suka emosi kalo ada yang ngremehin PNS.. *emang dasarnya aja sumbunya pendek*
Tetap semangat dimanapun kita berada.. 🙂